Jumat, 27 Agustus 2010

surat buat teman

Kepada

Temanku

Dimanapun kau berada



Saat aku lahir aku melihat dunia begitu menakjubkan. Orang-orang begitu besar, Pepohonan begitu rindang bahkan langit begitu megah. Tidak ada yang membebaniku. Semua bersorak untuk apa yang biasa kulakukan namun begitu mengesankan bagi mereka.



Saat aku mulai berpikir, orang tua memperkenalkanku kepada dunia. Bagaimana dunia bekerja, bagaimana orang-orang berinteraksi dan bagaimana semua yang terjadi ini berjalan. Aku pun bersekolah.






Saat itu aku masih melihat dunia sebagai tempat yang begitu menantang dan penuh keberagaman.



Semenjak aku bersekolah, mulai dari sekedar bernyanyi dan menggambar, hingga mengintip dari balik mikroskop, semua terasa mulai seragam. Bagaimana nilai-nilai akademis menjadi patokan kecerdasan. Bagaimana nurani kami mulai dipertaruhkan hanya demi mengejar digit-digit diatas selembar kertas besar.



Segalanya tentang menjadi lebih dari, sendiri kalau perlu.



Teman, mengapa kita begitu sempit. Dunia ini terlalu luas untuk kita jelajahi. Dunia ini terlalu kaya untuk kita kuasai. Dunia ini terlalu misterius untuk kita mengerti, sendiri.



Kini kita sadar bahwa semua bukanlah sekedar soal angka-angka itu. Angka hanyala perwakilan dari suatu keadaan yang teramat megah untuk diwakili oleh sekedar angka. Satu poin lebih tinggi tidak membuatku lebih baik darimu.



Teman, walaupun sapaanku tidak akrab membelai telingamu atau SMS ku tidak kerap menggetarkan kantongmu, ketahuilah apa yang kau ajarkan padaku membuatmu lebih akrab kepadaku dibanding dia, dia maupun dia.



Bahkan dia yang menyakiti hati kita adalah teman kita. Karena dia mengajarkan kita rasa sakit dan bertahan. Dia membuat intan di hati kita lebih bersinar.



Teman, pendidikan bukanlah berada di dalam ruangan itu semata. Dia berada di sela-sela dedaunan, di balik-balik rimbunnya pepohonan, terhampar di savana-savana, dia ada dimana-mana. Dunia adalah ruang kelas kita.



Mengapa kau habiskan hidupmu disatu dermaga saja padahal lautan begitu luas dengan ribuan dermaganya? Mengapa kau berkeras menjadi kepala sedangkan hati dan kaki sama pentingnya.



Bukan soal dimana kita, tetapi bisa apa kita disana, teman.

Buat apa menjadi cacat kalau kau bisa menjadi orang yang lengkap??

Buat apa kita tertawa bersama kalau saat menangis hanya ada kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar