Rabu, 28 Juli 2010

(sebuah kisah) ibu ku hanya memiliki satu mata


Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku
membencinya sungguh memalukan. Ia menjadi juru masak di sekolah,
untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD, ibuku
datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku memandangnya dengan penuh
kebencian dan melarikan diri.

Keesokan harinya di sekolah
"Ibumu hanya punya satu mata?!?!" Ieeeeee, jerit seorang temanku. Aku
berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu, "Bu.
Mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku
ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!" Ibuku tidak
menyahut. Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang
bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan
selama ini. Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak
berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.

undefinedMalam itu..

Aku terbangun dan pergi ke dapur
untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya. Aku memandangnya
sejenak, dan kemudian berlalu. Akibat perkataanku tadi,hatiku tertusuk. Walaupun
begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu
matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh
dewasa dan menjadi orang yang sukses.

Kemudian
aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk
menuntut ilmu. Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian
akupun memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai
seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak
membuatku teringat akan ibuku. Kebahagian ini bertambah terus dan
terus, ketika suatu hari..

Apa?!
Siapa ini?! Itu ibuku. Masih dengan satu matanya.
Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari
ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku. Kataku, "Siapa kamu?! Aku
tak kenal dirimu!!" Untuk membuatnya lebih dramatis, aku
berteriak padanya, "Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti
anak-anakku!!" "KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!"

Ibuku
hanya menjawab perlahan, "Oh, maaf. Sepertinya
saya salah alamat," dan ia pun berlalu. Untung saja ia tidak
mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi
sangat lega. Suatu hari, sepucuk surat
undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura.

Aku
berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor. Akupun pergi ke sana .
Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah.. Hanya ingin tahu
saja. Di sana , kutemukan ibuku tergeletak dilantai yang dingin. Namun aku tak
meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya. Sepucuk surat
untukku. "Anakku..Kurasa hidupku sudah cukup panjang.. Dan..aku tidak akan pergi ke Singapura lagi.."

Namun
apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali? Aku sangat
merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu.
Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau.. Dan aku minta maaf
karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku.

Kau tahu, ketika kau masih sangat
kecil, kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang
ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka
aku berikan mataku untukmu. Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh
dunia untukku, di tempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua
kelakuanmu.

Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, di tempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu.

Ketika kau marah padaku.. Aku hanya
membatin sendiri, "Itu karena ia mencintaiku... Anakku! Oh, anakku!"

*Note: Pesan ini memiliki arti yang mendalam dan disebarkan agar orang ingat bahwa kebaikan yang mereka nikmati itu adalah karena kebaikan orang lain secara langsung maupun tak langsung. Berhentilah sejenak dan renungi hidupAnda!

Bersyukurlah atas apa yang Anda miliki sekarang dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh jutaan orang lain! Luangkan waktu untuk mendoakan ibu Anda!
Keep prayer for your mother.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar